Mencegah Pikun Pada Lansia, Ini Gejala dan Penyebabnya
Apa yang dimaksud dengan pikun?
Pikun adalah sebuah keadaan dimana kemampuan atau kerja otak menurun yang ditandai dengan mudah lupa, kesulitan berbahasa serta lambat dalam berpikir (1,2). Biasanya penurunan kemampuan berpikir dan daya ingat ini diderita oleh lansia yang berusia 65 tahun ke atas (2) meskipun tidak menutup kemungkinan orang yang berusia di bawahnya juga mengalami hal serupa. Simak info di bawah ini tentang gejala, faktor penyebab pikun dan cara mencegahnya.
Gejala Pikun
Pikun bukan hanya sekadar lupa, karena ada beberapa tambahan yang membedakan antara keduanya. Demensia atau pikun sebenarnya bisa dikenali sejak dini melalui beberapa gejala yang sering diperlihatkan. Perhatikan tanda-tanda di bawah ini yang seringkali menjadi gejala utama dari penyakit pikun ini:
Terbata-bata ketika bicara (1) dan lupa cara menghitung uang (2)
Tidak mampu mengenali waktu, tempat, nama dan wajah seseorang (3)
Merasa asing meski berada di lingkungannya sendiri (2)
Keluar rumah tanpa tujuan yang jelas (1)
Menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali (2) dan sulit berkonsentrasi (3)
Lupa cara melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan dan berbelanja (1,2,3)
Kesulitan mengingat janji atau jadwal tertentu (1)
Memiliki masalah short-term memory, yaitu sering kehilangan benda pribadi secara terus-menerus, misalnya dompet atau kacamata (1)
Melupakan norma sosial yang umumnya berlaku di masyarakat (2)
Perubahan suasana hati dan cepat cemas (2)
Pada kondisi khusus, penderitanya dapat memiliki halusinasi dan gangguan tidur (3)
Tidak dapat menahan kencing (3)
Menurunnya nafsu makan (3)
Faktor Penyebab Pikun
Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk melakukan berbagai hal akan menurun. Itulah sebabnya orang lanjut usia atau lansia banyak mengalami kondisi kesehatan tertentu termasuk demensia atau pikun. Berbicara tentang penyebab pikun, ada banyak hal yang bisa memicu kondisi ini ketika seseorang memasuki usia senja, di antaranya adalah:
Menderita penyakit Alzheimer. Faktanya, penyakit ini menyumbang 60-80% penyebab pikun pada lansia (1).
- Demensia vaskular, yaitu perdarahan mikroskopis dan penyumbatan pembuluh darah di otak (2).
- Penyakit stroke. Stroke dapat menghambat aliran darah dan oksigen ke otak, yang mengakibatkan kerusakan dan kematian sel pada otak (2).
- Terdapat cedera pada kepala. Penyebab pikun pada umumnya disebabkan karena masalah pada otak, tidak terkecuali cedera kepala. Cedera ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel otak hingga kekurangan nutrisi tertentu (1,2) yang mengakibatkan organ ini tidak bisa bekerja secara normal.
- Kekurangan zat besi. Penelitian membuktikan bahwa lansia yang memiliki anemia berisiko 41% lebih tinggi terkena pikun (4). Anemia seringkali disebabkan oleh kurangnya kadar zat besi yang berperan memproduksi sel darah merah dan menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh termasuk otak yang bertanggung jawab untuk fungsi daya ingat (5). Itulah alasannya mengapa penyebab pikun penting bagi lansia untuk menjaga kecukupan asupan zat besi melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari.
Diagnosa Pikun
Ada beberapa tes sederhana yang dilakukan oleh dokter biasanya meliputi pertanyaan seputar kegiatan sehari-hari, seperti (2):
- Berapa usia Anda sekarang?
- Kapan tanggal lahir Anda?
- Di mana alamat Anda?
- Tahun berapakah ini?
- Jam berapakah sekarang?
Dokter juga dapat melakukan tes yang dikenal sebagai Mini-Cog Test. Tes ini biasanya terdiri dari beberapa langkah berikut ini (2):
Dokter akan menyebutkan sebuah kalimat utuh dan meminta pasien untuk mengulang hanya beberapa kata yang spesifik, misalnya “pisang, matahari, kursi”. Pasien akan diberikan kesempatan untuk mencoba sebanyak 3 kali.
- Jika pasien yang dimaksud gagal pada percobaan ini, dokter akan memberikan waktu 3 menit kepada pasien untuk menggambar jam dinding lengkap dengan angkanya.
Sebagai catatan, dokter dapat mendiagnosis pikun berdasarkan riwayat medis yang meliputi pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan perubahan karakteristik dalam berpikir serta perilaku sehari-hari. Dalam beberapa kasus, dokter dapat mendiagnosis "demensia" secara umum dan tidak menentukan jenisnya lebih lanjut. Anda bisa membuat jadwal untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis seperti ahli saraf, psikolog atau psikiater untuk mengetahui jenis pikun yang lebih spesifik (1).
Cara Mencegah Pikun Pada Lansia
Di samping menjaga pola makan sehat dan seimbang untuk mendapatkan zat besi yang cukup, ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi ataupun mencegah pikun pada lansia seperti berikut ini:
1. Aktif bersosialisasi
Sebuah studi menunjukkan bahwa aktif bersosialisasi di usia senja dapat menjadi cara mencegah pikun dengan membantu menurunkan resikonya di kalangan lansia (1). Ketika bertemu dengan orang lain yang seusia atau menyibukkan diri dengan kegiatan yang menyenangkan, kemampuan kognitif otak akan terus terpakai dan terasah sehingga ketajaman berpikir dapat terus dipelihara. Itulah alasannya lansia disarankan untuk mengikuti komunitas yang memicu daya pikir dan komunikasinya, misalnya dengan bergabung di Karang Werdha, mengikuti kelompok senam lansia ataupun perkumpulan lainnya. Semakin sering berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, semakin baik pula kemampuan berpikir dan daya ingat di usia yang tidak lagi muda (1).
2. Olahraga teratur
Cara mencegah pikun yang kedua adalah dengan rajin berolahraga. Kekuatan tubuh lansia yang sudah menurun bukan alasan untuk mengabaikan pentingnya aktivitas fisik atau olahraga karena bisa disesuaikan dengan kemampuan fisik masing-masing. Apapun jenis olahraga yang dilakukan baik itu senam lansia atau jalan pagi di sekitar rumah, gerak tubuh ini akan membantu memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh, termasuk ke otak, sehingga dapat membantu mencegah pikun.
Saat darah mengalir dengan lancar, maka suplai oksigen juga akan lebih baik sehingga otak bisa bekerja seperti yang seharusnya dan kepikunan bisa diminimalkan (1,2,5). Poin penting yang perlu diingat adalah jangan memaksa lansia untuk melakukan kegiatan fisik lebih lama daripada yang mereka mampu karena bukan durasinya yang penting, melainkan kontinuitasnya.
3. Menghindari makanan tinggi kolesterol
Metabolisme tubuh yang menurun seiring bertambahnya usia seharusnya menjadi alarm bahwa semakin tua, memilih makanan yang sehat dan rendah lemak semakin disarankan. Pasalnya, lemak yang menumpuk di dalam tubuh dapat memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah [atherosclerosis] yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar dan membuat suplai oksigen ke otak juga terganggu (2).
Oleh sebab itu, agar dapat mencegah pikun ada baiknya untuk menghindari makanan tinggi lemak dan kolesterol jahat seperti seafood macam udang dan kepiting, santan ataupun gorengan. Beberapa bahan makanan yang disebutkan seperti udang dan makanan laut memang juga mengandung nutrisi yang baik. Namun, selama gizi yang ada di dalamnya bisa ditemukan di sumber makanan lainnya, akan lebih baik jika memilih opsi tersebut.
4. Tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok
Cara lain untuk mengatasi pikun pada lansia adalah dengan mengatur gaya hidup. Dengan menerapkan gaya hidup sehat dan membatasi konsumsi alkohol dan rokok, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan untuk membatasi jumlah asupan minuman beralkohol termasuk dengan rokok (2) sebagai salah satu upaya untuk mencegah pikun.
5. Mengkonsumsi suplemen multivitamin lengkap
Kegiatan aktif dan menyenangkan yang dilakukan oleh lansia harus diimbangi dengan gizi seimbang supaya kebutuhan nutrisi dan zat besinya bisa terpenuhi demi kinerja tubuh dan otak yang baik. Bila perlu, mengkonsumsi suplemen multivitamin lengkap secara teratur dapat membantu mendukung pemenuhan gizi sehari-hari. Namun tentu saja suplemen yang dipilih tidak boleh sembarangan mengingat tubuh lansia yang rentan.
Sebaiknya suplemen dengan kandungan vitamin B kompleks, vitamin C, zat besi, kalsium, mangan dan zinc dengan takaran yang sesuai menjadi pilihan sebab kombinasi mikronutrien tersebut dapat bekerja untuk mencegah pikun dengan membantu penyerapan nutrisi baik dari makanan maupun multivitamin itu sendiri (1,2).
Meskipun sering terjadi pada lansia, demensia bukanlah kondisi yang tidak bisa dicegah atau diatasi supaya tidak bertambah parah. Dengan menerapkan pola hidup sehat dan didukung oleh suplemen yang sesuai dengan kebutuhan, setidaknya potensi kepikunan dapat dikurangi sejak dini.
L.ID.MKT.CC.06.2021.1689
Artikel ini ditinjau oleh:
Tim Konsultan Medis Medical Advisor Bayer Consumer Health Indonesia
Referensi:
- Alzheimer’s Association Staff. What is Dementia? Alzheimer’s Association. Diakses pada 2 November 2021 dari https://www.alz.org/alzheimers-dementia/what-is-dementia#:~:text=Dementia%20is%20a%20general%20term,Diagnosis
- Markus MacGill. What Is Dementia? Symptoms, Stages, Types, and More. Medical News Today. Diakses pada 2 November 2021 dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/142214#dementia_prevention
- NHS UK Staff. Symptoms of Dementia. National Health Service UK. Diakses pada 2 November 2021 dari https://www.nhs.uk/conditions/dementia/symptoms/
- Chang Hyung Hong, dkk. Anemia and Risk of Dementia in Older Adults. NCBI. Diakses pada 3 November 2021 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3775683/
- Steven Reinberg. Anemia Might Raise Dementia Risk, Study Suggests. Web MD. Diakses pada 3 November 2021 dari https://www.webmd.com/alzheimers/news/20130731/anemia-might-raise-dementia-risk-study-suggests
Dapatkan
Tonikum Bayer
Untuk penuhi kebutuhan multivitamin, mineral, dan zat besi.
Vitamin, Mineral, dan Zat Besi
Merasa letih dan lesu? Baca lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana vitamin, mineral,
dan zat besi dapat membantu memulihkan tubuh!